Sumur minyak bukanlah sumur air biasa yang dipakai oleh orang dahulu dalam mengambil air. Sumur air biasa memiliki lubang yang besar untuk memasukkan timba, kedalamannya pun hanya 3-20 meter an. Proses menggalinya punya menggunakan tenaga manusia sepenuhnya hingga turun sampai kedalam tanah.
Walaupun saat ini sudah ada sumur air bor, tetapi kedalamannya pun terbatas hanya sampai 100 an meter. Casing atau selubung yang digunakan pun hanya pipa pralon biasa.
Pembuatan sumur minyak sangat kompleks. Untuk membuatnya digunakan rig besar dengan peralatan beraneka ragam, mulai dari mata bor besar hingga drill pipe yang cukup banyak.
Kedalaman sumur minyak bisa ratusan hingga ribuan meter. Oleh karena itu pipa yang digunakan pun pipa dari besi dengan kualitas tinggi yang disebut casing (selubung). Dibuat menyerupai anulus, atau bahasa gampangnya berjenjang. Berbeda ukuran dari atas sampai dasar. Semakin ke dalam semakin kecil. Casing terakhir merupakan casing produksi, dimana minyak dari dalam bumi dikeluarkan kedalam casing untuk diangkat ke permukaan.
Pada sumur generasi awal casing produksi, diturunkan dalam kondisi sudah diberi lubang untuk keluarnya minyak. Tetapi hal ini ternyata tidak efektif karena seringkali lubang yang dibuat meleset posisinya dari zona produksi minyaknya, selain itu casing produksi yang sudah terlebih dahulu dilubangi tentunya tidak bisa disemen ke dinding sumur, sehingga cepat terjadi penyumbatan.
Secara ajaib, kemudian ditemukan bahwa arah ledakan bahan peledak ternyata bisa diatur, sehingga penemuan ini dapat digunakan untuk melubangi casing dengan arah dan besar lubang tertentu.
Pekerjaan melubangi casing ini dinamakan perforasi, yang dilakukan oleh juru ledak migas yang biasa dinamakan shooter. Shooter mendapat lesensi khusus dari Ditjen Migas dan perusahaan pelatih nya.
Bahan peledak dikemas dalam bentuk khusus seperti granat yang biasa disebut shape charge. Dibutuhkan 3 jenis bahan peledak, yaitu shape charge, primacord dan detonator. Peledakan awal dipicu oleh arus listrik yang dialirkan oleh wireline atau bisa juga menggunakan drop bar, atau tekanan dari permukaan sumur.
Dengan inovasi yang berkembang, bahan peledak yang digunakanpun menggunakan bahan peledak dengan daya ledak tinggi seperti HMR, RDX, PYX dan lain-lain. Besar lubang casing, arah ledakan dan kedalaman peledakan pun bisa diatur.
Indonesia sudah bisa memproduksi shape charge sendiri, yaitu oleh PT Dahana, yang berlokasi di Tasikmalaya atau Subang.
0 komentar:
Posting Komentar